Pasti sudah tidak asing dengan mesin pencari Google.com, ya kan, Kadet? Situs ini biasa dimanfaatkan oleh mereka yang mencari informasi di Internet, dan termasuk sebagai top market leader untuk aplikasi mesin pencari secara global, mengalahkan Bing, Yahoo, Yandex, dan search engine sejenis lainnya.

Fakta mengejutkan justru datang di tanggal 13 Januari 2025, sebuah situs yang biasa mengulik informasi seputar digital marketing, yaitu Search Engine Land, menerbitkan artikel bahwa pada periode Q4 2024, raksasa mesin pencari itu kehilangan 90% traffiknya untuk pertama kali sejak 2015. Kok bisa?

Penyebab Google kehilangan Trafik

Sebagaimana pengamatan yang TurnBackLink lakukan sejak Q3 2024 audience banyak yang terdisrupsi oleh behaviour “mencari informasi” bukan lagi “Googling aja”.

Yang dimaksud statement diatas adalah kini banyak dari audience bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber, terlebih dengan banyaknya teknologi AI yang berkembang sejak kehadiran openAI dan chatGPT pada tahun awal tahun 2023.

Hal ini didukung dengan data yang diterbitkan pada halaman Search Engine Land, dimana terdapat screenshot pergerakan trend market share dari Google menurun hingga 90% – hingga 89.34% dimulai pada Oktober 2024; 89.99% di November 2024, dan 89.73% di bulan December 2024.

Sumber: Statscounter.com, disadur dari laman Searchengineland.com

Dari data dan informasi yang kami telusuri, penurunan tersebut didominasi oleh audience di wilayah Asia, hingga per tanggal ini, kami masih mencari data lebih lanjut berapa persen penurunan dari wilayah Indonesia.

Apakah SEO akan mati?

Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah strategi Search Engine Optimization akan terpengaruh oleh data ini, namun dari sini kami bisa membagikan hipotesa:

1. Search Behaviour Berubah

Sebagaimana dijelaskan oleh kapten TurnBackLink, Radius Arianto di sela-sela acara Web Canvas Rally di Jogjakarta, behaviour pencarian informasi akan dipengaruhi oleh sebera butuh sang audience mencari di Search Engine.

Karena kini informasi bisa diperoleh dari manapun, termasuk aplikasi berbasis kecerdasan buatan, openAI.

2. Memanfaatkan 360 Degree Marketing Journey

Kini kita tidak hanya bisa berpangku hanya pada satu strategi saja, penting untuk memperhatikan dari mana datangnya trafik ke bisnis, dan seberapa jauh target audience mengenal bisnis kita, dan pada intent apa mereka saat mengakses website kita.

Pengalaman dan implementasi strategi SEO yang saling berkesinambungan ini akan lebih efektif untuk menghadapi era disrupsi marketing.